2021, Angka Kasus AIDS di Kebumen Tertinggi di Jateng, Banyak dari Milenial

KEBUMENKAB.GO.ID - Bupati Arif Sugiyanto mengatakan, angka kasus HIV AIDS di Kebumen masih cukup tinggi. Bahkan berdasarkan data yang disampaikan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Kebumen, angka penemuan kasus AIDS pada 2021 di Kebumen masih tertinggi di Jawa Tengah.


"Di tahun 2021 angka penemuan kasus HIV itu Kebumen nomor 3 se Jateng. Dengan 130 kasus. Tertinggi pertama Kota Semarang 180 kasus, kedua Pati 152 kasus. Tapi untuk penemuan kasus AIDS Kebumen tertinggi dengan 47 kasus. Disusul Cilacap 41 kasus," ujar Bupati.


Bupati menyampaikan informasi tersebut usai menerima audiensi dari KPA bersama Ketua Tim Penggerak PKK Iin Windarti Sugianto di Ruang Transit Rumdin Bupati, Kamis (6/11). Meski masih tertinggi, angka kasus HIV AIDS di Kebumen kata Bupati, dari tahun ke tahun mengalami penurunan.


"Dari tahun 2016 itu sebanyak 178 kasus, tahun 2017 ada 267 kasus, 2018 ada 219 kasus, 2019 ada 184 kasus, 2020 ada 277 kasus, dan 2021 turun lagi ada 164 kasus," terang Bupati.


Bupati menyebut kasus HIV AIDS di Kebumen didominasi oleh kalangan milenial dari umur 20 sampai 34 tahun, kemudian banyak juga usia 40 tahun sampai 50 tahun. Tertinggi 30-34 tahun. Penderita terbanyak adalah kaum laki-laki dengan pekerjaan sebagai karyawan.


Selanjutnya, terbanyak kedua adalah Ibu Rumah Tangga atau IRT, ketiga buruh, keempat wiraswasta, kelima tidak punya pekerjaan, keenam mahasiswa atau pelajar dengan angka kasus 8 orang. 


"Tertinggi ada di Kecamatan Kebumen, kedua Gombong, Ketiga Puring, Keempat Klirong, kelima Petananan. Kemudian 50 kasus HIV AIDS di Kebumen itu los kontak dengan KPA," terang Bupati.


Secara keseluruhan, Bupati menyebut orang terkena HIV AIDS dari 2003 sampai 2021 total ada 1.732 orang. 606 orang dinyatakan meninggal, dan yang hidup sampai saat ini sebanyak 1.127 orang. 

Yang aktif mengambil obat atau terawat oleh medis sebanyak 458. Kemudian los kontak sebesar 669 orang.


Upaya yang Dilakukan Pemerintah


Bupati tentu menyayangkan angka kasus HIV AIDS masih tergolong tinggi. Karena itu ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanganan kasus HIV AIDS. Di antaranya pemerintah memberikan obat gratis kepada penderita. Penguatan anggaran melalui kebijakan pemerintah.


Pemerintah lanjutnya, juga terus menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, internal maupun eksternal. Membentuk kelompok warga peduli HIV AIDS di semua desa. Aktif melakukan sosialisasi dan pencegahan tentang bahaya HIV AIDS. Meyediakan 47 layanan VCT.


"Kita juga meyediakan layanan konseling, kemudian membuat program Nikah Yes, HIV NO!!. Dan terus aktif melakukan kampanye penangulangan HIV AIDS di masyarakat. Kita harapkan 2025 nanti sudah tidak ada lagi kasus HIV AIDS terbarukan di Kebumen," ucap Bupati.


Bupati juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak menghakimi, atau memusuhi mereka para penderita HIV AIDS. Sebaliknya, masyarakat diminta untuk memberikan suport dan dukungan moril kepada penderita agar mau berobat dan menjalani hidup dengan semangat.


"Penderita HIV AIDS tidak perlu kita benci dan kita jauhi. Karena penularan HIV AIDS melalui jalur-jalur tertentu. Saya juga mengimbau kepada masyarakat jauhi seks bebas. Bagi yang belum nikah jangan coba-coba melakukan hubungan terlarang. Bagi yang sudah nikah cukup satu pasangan," jelasnya.


Kabid Pencegahan Penyakit (PP)  Kesehatan Masyarakat Dinkes Kebumen dr Aurina Widya Hapsari, menambahkan, kasus HIV AIDS di Kebumen memang tergolong tinggi. Namun ia tekankan bahwa HIV AIDS ini layaknya fenomena gunung es.


"HIV AIDS seperti gunung es yang terlihat hanya pucuknya, bisa jadi permukaannya lebih banyak. Kebumen tercatat banyak kasus karena memang kita aktif mencari data para penderitanya. Bukan hanya di pucuk. Yang kabupatennya sedikit bisa jadi permukannya tidak kesentuh, sehingga tidak tercatat," jelasnya.


Menurutnya, penyebab HIV AID di Kebumen masih disebabkan karena prilaku seks menyimpang. Yang menarik di sini adalah angka tren homoseksual di Kebumen meningkat, menjadi urutan ke dua dengan 44 kasus. Tertinggi masih heteroseks 106 kasus. (al/dp)